Terletak di desa Sukarngiri berdiri rumah
sederhana yang tak ada lampu dan di
kelilingi laut.Disana tinggal seorang cucu bersama sang nenek yang bekerja
sebagai pemanggang ikan.Bocah itu bernama Somad. Somad adalah anak yatim
piatu.Sang ayah meninggal dunia lima
tahun yang lalu karena terhanyut ombak saat mencari ikan di laut,sedangkan sang
ibu meninggal dunia saat melahirkan
Somad.Setiap hari ia mengantarkan sang nenek ke pasar dengan sepedah
jengkinya.Dan emak adalah panggilan kesayangan Somad kepada neneknya.
Gemuruh
ombak yang terdengar meggelegar membawa suasana fajar penuh semangat,hembusan
angin sepoi-sepoi menambah kesegaran dalam setiap insan yang menghirupnya.Suara
gemricik air seakan mengantarkan ketenangan kalbu bagi setiap insan yang mendengarkan.Somad
sudah sibuk mengelap sepedah jengkinya kado ulang tahunke-6 tahun dari sang ayah.’’Mak,nanti aku bolos
sekolah dulu ya?’’.Tanya anak kelas 5 Sd itu.’’Ada apa toh leh?kamu tu harus
sekolah yang pinter biar jadi orang sukses’’.Jawab sang nenek sambil memanggang
ikan pari.’’aku bosen sekolah!’’.seru Somad.Setiap hari ia mengantarkan sang
nenek ke pasar dengan sepedah jengkinya.Jarak rumah dengan pasar sekitar 8
KM.’’Mad..Somad..sarapan dulu sini’’.Seru nek Karsi.Sewakul nasi hangat,Secobek
sambel trasi,sepiring lalapan,ditambah ikan panggang buatan sendiri sudah
menjadi hidangan mewah sarapan pagi Somad.Dengan lahap semua hidangan Somad
makan.’’Setelah makan ayo cepat antarkan emak ke pasar!’’.Seru nek Karsi.’’Siap
mak.kapten Somad segera melaksanakan tugas’’.Somad semangat dengan mengenakan
caping dan sarung yang ia kalungkan di lehernya,dan tak lupa ia memasang radio di samping sedel
sepedahnya yang selalu ia bawa saat mengantarkan neneknya.Segera Somad
menaikan dagangan
neneknya
dan memboncengkan sang nenek tercinta.Kayuh demi Kayuh ia menendang pedal
sepedah,tak peduli keringat mengucur membasahi wajahnya,tak peduli jalan
bebatuan yang terjal ,tetap ia terjang,tak peduli
dinginnya angin fajar menusuk sendi tulang-tulang
rusuknya,Semangat Somad tetap membara.Ia terus mengkayuh sepedah sambil menyanyi lagu berjudul Jangan menyerah yang diputar
di radionya.Terbawa suasana dendang kagu yang mendayu ndayung tak terasa Satu
jam menempuh perjalanan,Somad dan sang nenek tiba di pasar.Saat nek Karsi
hendak menurunkan dagangannya,tiba-tiba nenek parubaya itu jatuh dari boncengan
cucunya.’’Aduh kakiku..’’.Nek Karsi merintih kesakitan.’’Emak..Emak..’’.Somad
teriak histeris.Tidak ada satu orang pun memperdulikan nek Karsi yang
jatuh.Para pedagang sibuk menata dagangan mereka masing-masing.Somad memapah
bahu neneknya dan menyandarkan di tembok.Untung saja ikan panggang yang
dibuatnya penuh cinta tidak jatuh di tanah,dan layak di jual.Saat di buka
tapehnya,lutut nek Karsi mengeluarkan darah tanpa henti..Nenek 50 tahun itu
terus merintih kesakitan.Somad langsung membawa neneknya ke Puskesmas di dekat
sekitar pasar.Tapi sayangnya Puskesmasnya masih tutup,karena hari masih
fajar.Lantas Somad ingat pesan dari guru IPA di sekolah tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan dengan membaluti luka menggunakan daun pisang yang
muda.Somad segera mencari daun pisang di
sekitar halaman Puskesmas.Ia berhasil mendapatkan daun pisang,dengan perasaan
penuh kasih sayang Somad membalutkan daun pisang yang muda di bagian lutut
neneknya agar dapat menghambat infeksi luka dan menghambat keluarnya
darah.’’Somad..Somad,kamu kok pinter toh leh..’’.Nek Karsi memuji cucunya
sambil membelai
rambut
Somad yang kriting.’’Mak kita pulang saja ya,agar emak bisa istirahat di
rumah.Ajak Somad.’’Jangan toh Mad,dagangan emak belum laku sama sekali,kita
kembali ke pasar ya?’’.Sambil
memapah
neneknya menaiki goncengan sepedah.Somad bersikukuh melarang
neneknya.’’Kesehatan emak itu lebih penting,Somad tidak mau emak
kenapa-napa,Emak adalah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup
Somad.Somad menangis di pelukan neneknya.’’Mad,maafkan emak ya?,sayang kan
sudah jauh-jauh kesini kita tidak mendapatkan
apa-apa?.Jawab nek Karsi sambil mengusap air mata cucu tercinta.Somad
bergegas menaikan neneknya ke boncengan
sepedah dan mengangkat dagangan sang nenek ke atas sedel sepedah sedangkan ia
menuntun sepedah jengkinya.Setapak demi setapak kaki Somad terus berjalan
menelusuri keloknya jalan, tanpa lelah meski harus menanggung beban di kedua
tangaannya.Sampai di pasar kerumunan orang menghalangi jalan masuk pasar.Nek
Karsi turun dari sepedah dan sambil berjalan terseok-seok ia menuju ke tempat
kerumunan .Ternyata ada pimpinan pasar ,yang
masyarakat pasar memangginya pak
Jaeni.’’Bapak-bapak,ibu-ibu berhubung pasar kita kondisinya tidak layak sebagai
tempat jual beli,maka saya memutuskan untuk membangun pasar tradisional menjadi
pasar semi modern.Dengan biaya iuran per kios senilai 5 juta’’.Tegas pak Jaeni .Belum sampai di gerbang pasar,nek
Karsi mendengar putusan tersebut nek Karsi terkejut.Ia tidak percaya harus
membayar uang sebanyak itu,sedangkan pendapatannya tidak seberapa.Nek Karsi
langsung menjatuhkan lututnya ke tanah,tak peduli luka di lututnya yang penuh
berlumur darah.Sedangkan para pedagang
terus berteriak ketidaksetujuan putusan pak Jupri .Lantas setelah menerima telpon pak Jupri tanpa
hiraukan protesan warga langsung kembali
ke mobil Xenia berwarna hitam plat merah yang membawanya saat
dinas.’’emak,sudalah kita dagang di rumah saja,lagian lebih ringan,tidak usah
capek jauh-jauh ke pasar’’.Somad menghampiri neneknya sambil memupuk pundak
nenek tercinta.Tidak ada kata yang terucap dari sang nenek,ia hanya diam
mebisu.Somad berlari menuju kerumunan orang tersebut,saat hendak menyebrang
Somad tidak tengok kanan kiri, mobil
Xenia melaju cepat dan menghantam
Somad.Brakk….!!Somad terlempar ke tembok gapura pasar. Mobil tersebut ternyata
dikendalikan pak Jaeni,karena takut amukan warga pak Jaeni hanya berani membuka
jendela mobil dan tetap melaju tanpa hiraukan Somad yang terluka.Melihat
cucunya seperti itu,lantas nek Karsi langsung lari ke tempat kejadian.Dan
masyarakat pasar yang protes serentak diam.
Mereka lari ke depan gapura dan menolong Somad .Saat Somad digendong warga, Somad bekata dengan
suara yang tersengal-sengal.’’Pak Jaeni,kasih kios gratis buat emak saya
bapak..’’.Pinta Somad sambil menunjuk neneknya yang di samping Somad.Tanpa
hiraukan pesan bocah itu,warga langsung membawa ke Puskesmas terdekat agar luka
di keningnya diperban.’’Terimakasih ya dek atas bantuannya’’.Ucap nek
Karsi.’’Sama-sama nek’’.Jawab para pedagang.Melihat kepala Somad telah
diperban,nenek paruubaya itu tidak hentinya menitihkan air matanya.’’Mbah,ini
obat untuk Somad,Somad harus istirahat seminggu dulu,agar luka di keningnya kering,dan ia bisa pulang
sekarang tanpa biaya’’.Suara lirih dokter cantik,mengentikan tangisan
nenek.’’Terimakasih dok’’.Nek Karsi memegang tangan dokter.Sebelum pulang ,Somad
dan sang nenek mengambil sepedah jengki
yang tertinggal di pasar.Mereka menunggu andong di depan Puskesmas,tidak
beberpa lama andong yang sudah termuati 3 penumpang melintas.Nenek Karsi dan
sang cucu langsung menaiki andong
disebelah pak kusir.Lari kuda yang
seirama membuat nek Karsi tertidur di bahu kanan Somad,sedangkan Somad
terus menutup hidung karena rambut ekor kuda yang melambai lambai di
atas.Sepuluh menit,andong tiba di pasar.Nek Karsi masih tidur di bahu
Somad,Somad tidak tega membangunkan nenek tercinta. ‘’Pak kusir,tolong ambilkan
sepedah jengki di sebrang sana itu yang berwarna biru ada radionya!’’.Pinta
Somad sambil menunjukkan sepedahnya.Saat Somad teriak minta tolong,nek Karsi
bangun dan melihat jam yang terpasang di depan papan andong.’’MasyaAllah Somad sudah jam 13.45,emak belum sholat Dzuhur’’.Nek Karsi
turun dari andong.’’Mad,ayo kita sholat di Mushola pasar saja!’’Ajak nek
Karsi.’’Nanti sajalah mak,lagian sholat di rumah kan sama saja’’.Jawab Somad
yang beralasan.’’Waktu sholat dzuhur kan
kurang 15 menit lagi,nanti kalau
sholatnya telat dosa mad’’.Nek Karsi mengingatkan cucu tercinta.Somad
turun dan digandeng tangan yang lemah
sang nenek.Sampai di Musholla pasar
Somad dan sang nenek bertemu dengan
seorang gadis kecil yang sangat cantik
keluar dari mushola tersebut.Gadis itu berkrudung merah,dan berbaju
putih.’’Embah kondenya bagus sekali,boleh saya pinjam sebentar?’’.Suara gadis
itu serak-serak basah.’’Boleh nak,tapi untuk apa?’’.Nek Karsi heran.’’Untuk
menjepit kerudung saya.Tadi setelah wudlu
peniti saya hilang’’.Jelas gadis itu.Nek karsi meminjamkan konde yang
sudah kusam dan berkarat.Sesampai itu mereka menuju tempat wudlu saat
Somad hendak wudlu,air krannya tidak
mengeluarkan air.Tetapi kran yang dipakai neneknya mengeluarkan air.Somad wudlu
di kamar mandi umum yang jaraknya 20
meter dari Mushola.Gang-gang pasar Somad lewati,ia lupa letak kamar
mandi.Saat ia berjalan sampai gang buntu ia mendengar suara hentakan-hentakan
kaki yang seirama,dan suara tertawa yang semakin lama semakin menggelegar.Suara
itu semakin mendekati gang buntu.Somad takut,ia bersembunyi di dalam keranjang
sampah. Seorang dari gerombolan itu berkata,’’Pokoknya si jago merah akan
membersihkan tempat kumuh ini’’. Somad
reflek langsung keluar dari persembunyian. Gerombolan itu serentak kaget dengan
munculnya Somad yang tiba-tiba.Salah satu dari gerombolan,mengangkat kaos Somad
,dan melemparnya ke tanah.’’Bocah ingusan,beraninya kamu nguping pembicaraan
kami.’’Seorang dari gerombolan itu marah.Somad kesakitan dan dia hanya bisa
merayap rayap di tanah yang becek dan banyak sampah-sampah plastik.Gerombolan
itu mengira Somad anak bisu,karena dia tidak mengucap kata-kata apapun dari
mulutnya.Gerombolan orang yang berjaket jean dan bersepatu meninggalkan Somad.
Segera
Somad berlari dengan tertatih-tatih
untuk menyusul sang nenek yang sedang beribadah di mushola.Saat melewati kios
pakaian,terdengar suara ledakan yang dahsyat dari sebuah kios.Tidak beberapa
lama Somad melihat api sudah membara di sebuah kios plastic dekat Mushola.Somad
berteriak menyebut neneknya dn gadis
kcil brkrudung merah.Namun saat Somad hendak
lari melewati kios plastic yang sudah terlahap si jago merah,Somad terjatuh
karena kaki kananya tertimpa kayu yang terbakar.Ia berteriak minta tolong dan
merintih kesakitan .Somad menitihkan air mata karena melihat sang nenek dan
gadis kecil berkrudung merah tetap melakukan ibadah meskipun api sudah membara
di serambi musholla.’’Emak…keluar mak,hentikan ibadahnya serambi masjid sudah
terbakar’’.Teriak Somad .Mendengar teriakan Somad,gadis kecil berkrudung merah
itu menengok kebelakang dan menhentikan sholatnya.’’Mbah ayo mbah,hentikan
sholatnya api sudah masuk dalam mushola’’.Ajak gadis itu.Nek Karsi tetap kusyuk
sholat,namun saat Attahiyatul akhir ia membaca lafal Allahu Akbar dengan suara
yang lantang dan langsung menyelamatkan gadis kecil dengan menyungginya ke atas
jendela Mushola.Sang nenek berpesan ke gadis krudung merah bahwa neneknya akan segera keluar menemui Somad. Setelah selamat
keluar dari si jago merah,gadis itu
melihat Somad yang terselungkup tertimpa kayu yang terbakar.Segera gadis kecil
berkrudung merah itu berlari menuju Somad yang tertimpa kayu.Namun gadis itu
takut kalau tangannya yang halus harus melempuh jika menolong Somad.Ia lari
keluar dan meninggalkan Somad.Tiba-tiba satpol pp datang dan membantu Somad
dari reruntuhan. Dan membawanya jau dari tempat kejadian.Somad diserahkan pak Satpol PP ke seorang kakek
parubaya yang berada di depan gerbang pasar sedang memungut sampah sampah yang
layak dijual.Raga Somad lemah tak
berdaya kaki Somad yang tetrtimpa reruntuhan segera di balut kain perca yang
sebelumnya digunakan kakek itu untuk
menghindari bau busuk sampah sampah.Dan Somad diberi air mineral dari botol
yang dibawa kakek itu dari rumah.Mata Somad kunang kunang,wajahnya sayu,ia
terus merintih menyebut neneknya.Tiba-tiba datang gadis berkrudung merah yang
ia temui saat di Mushola tadi.Gadis itu menyampaikan pesan nek Karsi ke Somad
kalau neneknya akan keluar dari Mushola dan menemui Somad.Gadis itu juga
mengembalikan konde milik nek Karsi yang ia pinjam.’’Kak terimakasih
kondenya,maaf adik tidak bisa membawa nenek ke pelukan kakak’’.Kata gadis itu
sambil meraih tangan Somad.Akan tetapi Somad hanya diam dan menangis tanpa
merespon perkataan gadis itu.
‘’Minggir-minggir
semua akan ada jenazah dari Mushola yang akan di angkat di box mobil’’.Suara
menggelegar itu serentak menggetarkan seluruh
jiwa raga Somad yang tergolek lemah.Detak jantung Somad semakin cepat
seperti genderang mau perang Dunia ke tiga,denyut nadinya seakan terputus
tergores tajamnya pisau dapur.Mulut Somad seakan berat dibuka untuk mengucapkan suara dari pita suaranya.Bulu kudu di sekujur
tubuhnya berdiri tertegun seakan termagnetisasi.Tak beberapa lama jenazah yang
tertutup kain jarik melintas di depan mata Somad.Pandangan mata Somad kosong
tanpa arti apa yang dilihat barusan.Bola matanya seolah ditusuk jarum jarum
yang telah dipanaskan di bara api.Sang nenek yang 10 tahun sudah merawatnya
sampai ia besar harus meninggalkannya sekejap saja.Sejuta kasih sayang telah ia
curahkan kecucunya semata wayang.Nenek yang terbungkus kain jarit itu kini
raganya terbakar tanpa meninggalkan sehelai rambut apalagi sehelai
kain.’’ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR’’.Teriak Somad mengucap lafal
Allah melihat jasad neneknya yang
diletakan ke dalam mobil box.Somad hendak menuju mobil box,tetapi kakinya yang
diperban menghambatnya untuk berjalan.Dia berusaha mengejar mobil itu sambil
menggesotkan kakinya.Apa daya mobil box
itu bergerak semakin cepat.Hanya angin yang dapat ia gapai.Tiba-tiba,Sebuah
mobil Xennia berwarna hitam berplat merah
melintas di depan Somad.Turun seorang laki-laki berdasi putih,dan berjas
hitam.’’Ayah..’’.Gadis berkrudung merah itu memanggil laki-laki yang turun dari
mobil.Gadis itu menceritakan kebaikan nenek Somad yang telah menolongnya dari
kebakaran.’’Adik ini namanya Somad?Maafkan bapak karena sudah menabrakmu waktu
itu,dan terimakasih atas pertolongan nenekmu’’.kata pak Jaeni.Tidak ada
kata-kata yang terucap dari mulut Somad.Somad membalikan arah sambil menyeret
nyeret kakinya menuju ke kakek yang menolongnya tadi.Tiba-tiba Somad memeluk
erat tubuh kakek tua itu.Suasana haru di senja hari menyelimuti mendung.Pak
Jaeni mendekati Somad menepuk bahu Somad,jari-jari tangannya perlahan di atas
bahu Somad,perlahan Pak Jaeni mendekap erat punggung sang bocah 10 tahun itu.Sang bocah itu dipeluk
oleh sosok dua laki-laki yang memiliki perbedaan status .Suasana senja hari semakin
haru saat kakek tua itu melepas dekapan Somad dan melangkah perlahan
menjauhi tubuh sang bocah yang hatinya rapuh itu.’’Biarkan aku
mencari jalan hidupku sendiri,jangan kau ikut kedalam arus air yang deras ini’’.Dari kejauhan sang
pemuda berambut putih itu mengutarakan.’’Saya siap menerjang derasnya air itu
asalkan aku dapat setungku kasih yang setia darimu’’.Jawab Somad sambil
melepaskan dekapan pak Jaeni.Segera Somad melangkah tertatih tatih menuju kakek
itu.’’Mad,saya akan menjadikanmu seorang pemuda yang hebat dan tangguh,jika kau
mau membuka pintu maaf buat saya atas kebakaran yang saya sengaja ini dan
tindakan saya yang menabrak lari’’.jelas laki-laki berdasi itu.Jadi pemuda
tangguh dan hebat dambaan setiap pemuda,tapi dalam prinsip hidup Somad pemuda
yang tangguh dan hebat adalah pemuda yang mau mengaku kesalahannya,mau memberi
maaf dan rela mengorbankan jiwanya demi orang yang dicintai.Somad menolak
penawaran itu,ia telah memaafkan kesalahan Pak Jaeni atas perbuatannya dan ia
lebih memilih hidup bersama sang laki-laki yang rapuh akan tetapi memiliki hati sejagad raya.Meskipun harus hidup
mengais ngais sampah-sampah.Baginya curahan kasih sayang melebihi segala
galanya yaitu melebihi harta,tahta dan wanita.
Hari-hari
Somad kini berbeda seperti biasanya.Sang nenek boleh saja pergi untuk
selama-lamanya tetapi bagi Somad sang nenek tercinta selalu ada di lubuk
hatinya yang paling dalam.Kini dia memiliki sosok pahlawan baru di
hidupnya,pahlawan yang tak menuntut apapun dari Somad,pahlawan yang selalu
memberinyapelajaran untuk mengerti arti kehidupan,pelajaran untuk menyayangi
sesama.Pahlawan itu adalah kakek Rahmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar