Kamis, 25 Juli 2013

Novelku yg Sederhana (Si Jago Merah Merenggut Nenenkku)


Terletak di desa Sukarngiri berdiri rumah sederhana yang tak ada lampu dan  di kelilingi laut.Disana tinggal seorang cucu bersama sang nenek yang bekerja sebagai pemanggang ikan.Bocah itu bernama Somad. Somad adalah anak yatim piatu.Sang ayah meninggal  dunia lima tahun yang lalu karena terhanyut ombak saat mencari ikan di laut,sedangkan sang ibu meninggal  dunia saat melahirkan Somad.Setiap hari ia mengantarkan sang nenek ke pasar dengan sepedah jengkinya.Dan emak adalah panggilan kesayangan Somad kepada neneknya.
Gemuruh ombak yang terdengar meggelegar membawa suasana fajar penuh semangat,hembusan angin sepoi-sepoi menambah kesegaran dalam setiap insan yang menghirupnya.Suara gemricik air seakan mengantarkan ketenangan kalbu bagi setiap insan yang mendengarkan.Somad sudah sibuk mengelap sepedah jengkinya kado ulang tahunke-6  tahun dari sang ayah.’’Mak,nanti aku bolos sekolah dulu ya?’’.Tanya anak kelas 5 Sd itu.’’Ada apa toh leh?kamu tu harus sekolah yang pinter biar jadi orang sukses’’.Jawab sang nenek sambil memanggang ikan pari.’’aku bosen sekolah!’’.seru Somad.Setiap hari ia mengantarkan sang nenek ke pasar dengan sepedah jengkinya.Jarak rumah dengan pasar sekitar 8 KM.’’Mad..Somad..sarapan dulu sini’’.Seru nek Karsi.Sewakul nasi hangat,Secobek sambel trasi,sepiring lalapan,ditambah ikan panggang buatan sendiri sudah menjadi hidangan mewah sarapan pagi Somad.Dengan lahap semua hidangan Somad makan.’’Setelah makan ayo cepat antarkan emak ke pasar!’’.Seru nek Karsi.’’Siap mak.kapten Somad segera melaksanakan tugas’’.Somad semangat dengan mengenakan caping dan sarung yang ia kalungkan di lehernya,dan tak  lupa ia memasang radio di samping sedel sepedahnya yang selalu ia bawa saat mengantarkan neneknya.Segera Somad
menaikan        dagangan

neneknya dan memboncengkan sang nenek tercinta.Kayuh demi Kayuh ia menendang pedal sepedah,tak peduli keringat mengucur membasahi wajahnya,tak peduli jalan bebatuan yang terjal ,tetap ia terjang,tak peduli

dinginnya angin fajar menusuk sendi tulang-tulang rusuknya,Semangat Somad tetap membara.Ia terus mengkayuh sepedah sambil menyanyi lagu berjudul Jangan menyerah yang diputar di radionya.Terbawa suasana dendang kagu yang mendayu ndayung tak terasa Satu jam menempuh perjalanan,Somad dan sang nenek tiba di pasar.Saat nek Karsi hendak menurunkan dagangannya,tiba-tiba nenek parubaya itu jatuh dari boncengan cucunya.’’Aduh kakiku..’’.Nek Karsi merintih kesakitan.’’Emak..Emak..’’.Somad teriak histeris.Tidak ada satu orang pun memperdulikan nek Karsi yang jatuh.Para pedagang sibuk menata dagangan mereka masing-masing.Somad memapah bahu neneknya dan menyandarkan di tembok.Untung saja ikan panggang yang dibuatnya penuh cinta tidak jatuh di tanah,dan layak di jual.Saat di buka tapehnya,lutut nek Karsi mengeluarkan darah tanpa henti..Nenek 50 tahun itu terus merintih kesakitan.Somad langsung membawa neneknya ke Puskesmas di dekat sekitar pasar.Tapi sayangnya Puskesmasnya masih tutup,karena hari masih fajar.Lantas Somad ingat pesan dari guru IPA di sekolah tentang pertolongan pertama pada kecelakaan dengan membaluti luka menggunakan daun pisang yang muda.Somad  segera mencari daun pisang di sekitar halaman Puskesmas.Ia berhasil mendapatkan daun pisang,dengan perasaan penuh kasih sayang Somad membalutkan daun pisang yang muda di bagian lutut neneknya agar dapat menghambat infeksi luka dan menghambat keluarnya darah.’’Somad..Somad,kamu kok pinter toh leh..’’.Nek Karsi memuji cucunya sambil membelai

rambut  Somad yang kriting.’’Mak kita pulang saja ya,agar emak bisa istirahat di rumah.Ajak Somad.’’Jangan toh Mad,dagangan emak belum laku sama sekali,kita kembali ke pasar ya?’’.Sambil

memapah neneknya menaiki goncengan sepedah.Somad bersikukuh melarang neneknya.’’Kesehatan emak itu lebih penting,Somad tidak mau emak kenapa-napa,Emak adalah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup Somad.Somad menangis di pelukan neneknya.’’Mad,maafkan emak ya?,sayang kan sudah jauh-jauh kesini kita tidak mendapatkan  apa-apa?.Jawab nek Karsi sambil mengusap air mata cucu tercinta.Somad bergegas  menaikan neneknya ke boncengan sepedah dan mengangkat dagangan sang nenek ke atas sedel sepedah sedangkan ia menuntun sepedah jengkinya.Setapak demi setapak kaki Somad terus berjalan menelusuri keloknya jalan, tanpa lelah meski harus menanggung beban di kedua tangaannya.Sampai di pasar kerumunan orang menghalangi jalan masuk pasar.Nek Karsi turun dari sepedah dan sambil berjalan terseok-seok ia menuju ke tempat kerumunan .Ternyata ada pimpinan pasar ,yang  masyarakat  pasar memangginya pak Jaeni.’’Bapak-bapak,ibu-ibu berhubung pasar kita kondisinya tidak layak sebagai tempat jual beli,maka saya memutuskan untuk membangun pasar tradisional menjadi pasar semi modern.Dengan biaya iuran per kios senilai 5 juta’’.Tegas pak  Jaeni .Belum sampai di gerbang pasar,nek Karsi mendengar putusan tersebut nek Karsi terkejut.Ia tidak percaya harus membayar uang sebanyak itu,sedangkan pendapatannya tidak seberapa.Nek Karsi langsung menjatuhkan lututnya ke tanah,tak peduli luka di lututnya yang penuh berlumur darah.Sedangkan para pedagang  terus berteriak ketidaksetujuan putusan pak Jupri .Lantas  setelah menerima telpon pak Jupri tanpa hiraukan protesan warga  langsung kembali ke mobil Xenia berwarna hitam plat merah yang membawanya saat dinas.’’emak,sudalah kita dagang di rumah saja,lagian lebih ringan,tidak usah capek jauh-jauh ke pasar’’.Somad menghampiri neneknya sambil memupuk pundak nenek tercinta.Tidak ada kata yang terucap dari sang nenek,ia hanya diam mebisu.Somad berlari menuju kerumunan orang tersebut,saat hendak menyebrang Somad tidak tengok kanan kiri, mobil  Xenia melaju  cepat dan menghantam Somad.Brakk….!!Somad terlempar ke tembok gapura pasar. Mobil tersebut ternyata dikendalikan pak Jaeni,karena takut amukan warga pak Jaeni hanya berani membuka jendela mobil dan tetap melaju tanpa hiraukan Somad yang terluka.Melihat cucunya seperti itu,lantas nek Karsi langsung lari ke tempat kejadian.Dan masyarakat pasar yang protes serentak diam.  Mereka lari ke depan gapura dan menolong Somad .Saat  Somad digendong warga, Somad bekata dengan suara yang tersengal-sengal.’’Pak Jaeni,kasih kios gratis buat emak saya bapak..’’.Pinta Somad sambil menunjuk neneknya yang di samping Somad.Tanpa hiraukan pesan bocah itu,warga langsung membawa ke Puskesmas terdekat agar luka di keningnya diperban.’’Terimakasih ya dek atas bantuannya’’.Ucap nek Karsi.’’Sama-sama nek’’.Jawab para pedagang.Melihat kepala Somad telah diperban,nenek paruubaya itu tidak hentinya menitihkan air matanya.’’Mbah,ini obat untuk Somad,Somad harus istirahat seminggu dulu,agar luka  di keningnya kering,dan ia bisa pulang sekarang tanpa biaya’’.Suara lirih dokter cantik,mengentikan tangisan nenek.’’Terimakasih dok’’.Nek Karsi memegang tangan dokter.Sebelum pulang ,Somad dan sang nenek mengambil sepedah jengki  yang tertinggal di pasar.Mereka menunggu andong di depan Puskesmas,tidak beberpa lama andong yang sudah termuati 3 penumpang melintas.Nenek Karsi dan sang cucu langsung menaiki andong  disebelah pak kusir.Lari kuda yang  seirama membuat nek Karsi tertidur di bahu kanan Somad,sedangkan Somad terus menutup hidung karena rambut ekor kuda yang melambai lambai di atas.Sepuluh menit,andong tiba di pasar.Nek Karsi masih tidur di bahu Somad,Somad tidak tega membangunkan nenek tercinta. ‘’Pak kusir,tolong ambilkan sepedah jengki di sebrang sana itu yang berwarna biru ada radionya!’’.Pinta Somad sambil menunjukkan sepedahnya.Saat Somad teriak minta tolong,nek Karsi bangun dan melihat jam yang terpasang di depan papan andong.’’MasyaAllah  Somad sudah jam  13.45,emak belum sholat Dzuhur’’.Nek Karsi turun dari andong.’’Mad,ayo kita sholat di Mushola pasar saja!’’Ajak nek Karsi.’’Nanti sajalah mak,lagian sholat di rumah kan sama saja’’.Jawab Somad yang  beralasan.’’Waktu sholat dzuhur kan kurang 15 menit lagi,nanti kalau  sholatnya telat dosa mad’’.Nek Karsi mengingatkan cucu tercinta.Somad turun dan digandeng tangan yang  lemah sang nenek.Sampai di Musholla  pasar Somad dan sang  nenek bertemu dengan seorang gadis kecil yang  sangat cantik keluar dari mushola tersebut.Gadis itu berkrudung merah,dan berbaju putih.’’Embah kondenya bagus sekali,boleh saya pinjam sebentar?’’.Suara gadis itu serak-serak basah.’’Boleh nak,tapi untuk apa?’’.Nek Karsi heran.’’Untuk menjepit kerudung saya.Tadi setelah wudlu  peniti saya hilang’’.Jelas gadis itu.Nek karsi meminjamkan konde yang sudah kusam dan berkarat.Sesampai itu mereka menuju tempat wudlu saat Somad  hendak wudlu,air krannya tidak mengeluarkan air.Tetapi kran yang dipakai neneknya mengeluarkan air.Somad wudlu di kamar mandi umum yang jaraknya 20  meter dari Mushola.Gang-gang pasar Somad lewati,ia lupa letak kamar mandi.Saat ia berjalan sampai gang buntu ia mendengar suara hentakan-hentakan kaki yang seirama,dan suara tertawa yang semakin lama semakin menggelegar.Suara itu semakin mendekati gang buntu.Somad takut,ia bersembunyi di dalam keranjang sampah. Seorang dari gerombolan itu berkata,’’Pokoknya si jago merah akan membersihkan  tempat kumuh ini’’. Somad reflek langsung keluar dari persembunyian. Gerombolan itu serentak kaget dengan munculnya Somad yang tiba-tiba.Salah satu dari gerombolan,mengangkat kaos Somad ,dan melemparnya ke tanah.’’Bocah ingusan,beraninya kamu nguping pembicaraan kami.’’Seorang dari gerombolan itu marah.Somad kesakitan dan dia hanya bisa merayap rayap di tanah yang becek dan banyak sampah-sampah plastik.Gerombolan itu mengira Somad anak bisu,karena dia tidak mengucap kata-kata apapun dari mulutnya.Gerombolan orang yang berjaket jean dan bersepatu meninggalkan Somad.
Segera Somad berlari  dengan tertatih-tatih untuk menyusul sang nenek yang sedang beribadah di mushola.Saat melewati kios pakaian,terdengar suara ledakan yang dahsyat dari sebuah kios.Tidak beberapa lama Somad melihat api sudah membara di sebuah kios plastic dekat Mushola.Somad berteriak menyebut neneknya  dn gadis kcil brkrudung merah.Namun saat Somad hendak  lari melewati kios plastic yang sudah terlahap si jago merah,Somad terjatuh karena kaki kananya tertimpa kayu yang terbakar.Ia berteriak minta tolong dan merintih kesakitan .Somad menitihkan air mata karena melihat sang nenek dan gadis kecil berkrudung merah tetap melakukan ibadah meskipun api sudah membara di serambi musholla.’’Emak…keluar mak,hentikan ibadahnya serambi masjid sudah terbakar’’.Teriak Somad .Mendengar teriakan Somad,gadis kecil berkrudung merah itu menengok kebelakang dan menhentikan sholatnya.’’Mbah ayo mbah,hentikan sholatnya api sudah masuk dalam mushola’’.Ajak gadis itu.Nek Karsi tetap kusyuk sholat,namun saat Attahiyatul akhir ia membaca lafal Allahu Akbar dengan suara yang lantang dan langsung menyelamatkan gadis kecil dengan menyungginya ke atas jendela Mushola.Sang nenek berpesan ke gadis krudung merah  bahwa neneknya akan  segera keluar menemui Somad. Setelah selamat keluar dari si jago  merah,gadis itu melihat Somad yang terselungkup tertimpa kayu yang terbakar.Segera gadis kecil berkrudung merah itu berlari menuju Somad yang tertimpa kayu.Namun gadis itu takut kalau tangannya yang halus harus melempuh jika menolong Somad.Ia lari keluar dan meninggalkan Somad.Tiba-tiba satpol pp datang dan membantu Somad dari reruntuhan. Dan membawanya jau dari tempat kejadian.Somad  diserahkan pak Satpol PP ke seorang kakek parubaya yang berada di depan gerbang pasar sedang memungut sampah sampah yang layak dijual.Raga Somad  lemah tak berdaya kaki Somad yang tetrtimpa reruntuhan segera di balut kain perca yang sebelumnya digunakan kakek  itu untuk menghindari bau busuk sampah sampah.Dan Somad diberi air mineral dari botol yang dibawa kakek itu dari rumah.Mata Somad kunang kunang,wajahnya sayu,ia terus merintih menyebut neneknya.Tiba-tiba datang gadis berkrudung merah yang ia temui saat di Mushola tadi.Gadis itu menyampaikan pesan nek Karsi ke Somad kalau neneknya akan keluar dari Mushola dan menemui Somad.Gadis itu juga mengembalikan konde milik nek Karsi yang ia pinjam.’’Kak terimakasih kondenya,maaf adik tidak bisa membawa nenek ke pelukan kakak’’.Kata gadis itu sambil meraih tangan Somad.Akan tetapi Somad hanya diam dan menangis tanpa merespon perkataan gadis itu.
‘’Minggir-minggir semua akan ada jenazah dari Mushola yang akan di angkat di box mobil’’.Suara menggelegar itu serentak menggetarkan seluruh  jiwa raga Somad yang tergolek lemah.Detak jantung Somad semakin cepat seperti genderang mau perang Dunia ke tiga,denyut nadinya seakan terputus tergores tajamnya pisau dapur.Mulut Somad seakan berat dibuka  untuk mengucapkan  suara dari pita suaranya.Bulu kudu di sekujur tubuhnya berdiri tertegun seakan termagnetisasi.Tak beberapa lama jenazah yang tertutup kain jarik melintas di depan mata Somad.Pandangan mata Somad kosong tanpa arti apa yang dilihat barusan.Bola matanya seolah ditusuk jarum jarum yang telah dipanaskan di bara api.Sang nenek yang 10 tahun sudah merawatnya sampai ia besar harus meninggalkannya sekejap saja.Sejuta kasih sayang telah ia curahkan kecucunya semata wayang.Nenek yang terbungkus kain jarit itu kini raganya terbakar tanpa meninggalkan sehelai rambut apalagi sehelai kain.’’ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR’’.Teriak Somad mengucap lafal Allah melihat  jasad neneknya yang diletakan ke dalam mobil box.Somad hendak menuju mobil box,tetapi kakinya yang diperban menghambatnya untuk berjalan.Dia berusaha mengejar mobil itu sambil menggesotkan kakinya.Apa daya mobil  box itu bergerak semakin cepat.Hanya angin yang dapat ia gapai.Tiba-tiba,Sebuah mobil Xennia berwarna hitam berplat merah  melintas di depan Somad.Turun seorang laki-laki berdasi putih,dan berjas hitam.’’Ayah..’’.Gadis berkrudung merah itu memanggil laki-laki yang turun dari mobil.Gadis itu menceritakan kebaikan nenek Somad yang telah menolongnya dari kebakaran.’’Adik ini namanya Somad?Maafkan bapak karena sudah menabrakmu waktu itu,dan terimakasih atas pertolongan nenekmu’’.kata pak Jaeni.Tidak ada kata-kata yang terucap dari mulut Somad.Somad membalikan arah sambil menyeret nyeret kakinya menuju ke kakek yang menolongnya tadi.Tiba-tiba Somad memeluk erat tubuh kakek tua itu.Suasana haru di senja hari menyelimuti mendung.Pak Jaeni mendekati Somad menepuk bahu Somad,jari-jari tangannya perlahan di atas bahu Somad,perlahan Pak Jaeni mendekap erat punggung sang  bocah 10 tahun itu.Sang bocah itu dipeluk oleh sosok dua laki-laki yang memiliki perbedaan status .Suasana senja hari semakin haru saat kakek tua itu melepas dekapan Somad dan melangkah perlahan menjauhi   tubuh sang  bocah yang hatinya rapuh itu.’’Biarkan aku mencari jalan hidupku sendiri,jangan kau ikut kedalam arus  air yang deras ini’’.Dari kejauhan sang pemuda berambut putih itu mengutarakan.’’Saya siap menerjang derasnya air itu asalkan aku dapat setungku kasih yang setia darimu’’.Jawab Somad sambil melepaskan dekapan pak Jaeni.Segera Somad melangkah tertatih tatih menuju kakek itu.’’Mad,saya akan menjadikanmu seorang pemuda yang hebat dan tangguh,jika kau mau membuka pintu maaf buat saya atas kebakaran yang saya sengaja ini dan tindakan saya yang menabrak lari’’.jelas laki-laki berdasi itu.Jadi pemuda tangguh dan hebat dambaan setiap pemuda,tapi dalam prinsip hidup Somad pemuda yang tangguh dan hebat adalah pemuda yang mau mengaku kesalahannya,mau memberi maaf dan rela mengorbankan jiwanya demi orang yang dicintai.Somad menolak penawaran itu,ia telah memaafkan kesalahan Pak Jaeni atas perbuatannya dan ia lebih memilih hidup bersama sang laki-laki yang rapuh akan tetapi memiliki  hati sejagad raya.Meskipun harus hidup mengais ngais sampah-sampah.Baginya curahan kasih sayang melebihi segala galanya yaitu melebihi harta,tahta dan wanita.
Hari-hari Somad kini berbeda seperti biasanya.Sang nenek boleh saja pergi untuk selama-lamanya tetapi bagi Somad sang nenek tercinta selalu ada di lubuk hatinya yang paling dalam.Kini dia memiliki sosok pahlawan baru di hidupnya,pahlawan yang tak menuntut apapun dari Somad,pahlawan yang selalu memberinyapelajaran untuk mengerti arti kehidupan,pelajaran untuk menyayangi sesama.Pahlawan itu adalah kakek Rahmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar